Pages

Kamis, 28 Februari 2013

Sejarah Pura Tirtha Empul, Tampaksiring



Pura Tirtha empul, yang berada di kabupaten Gianyar merupakan salah satu tempat wisata budaya yang terletak di kawasan kecamatan Tampaksiring. Salah satu tempat wisata yang sangat menarik untuk dikunjungi, dan mempunyai nilai historis bagi bangsa Indonesia,karena disana juga terdapat Istana Presiden I Soekarno. Lalu bagaimana asal usul dan sejarah dari kawasan ini ?  


Diperkirakan nama Tampaksiring berasal dari (bahasa Bali) kata tampak yang berarti “telapak” dan siring yang bermakna “miring”. Makna dari kedua kata itu konon terkait dengan sepotong legenda yang tersurat dan tersirat pada sebuah daun lontar, yang menyebutkan bahwa nama itu berasal dari bekas jejak telapak kaki seorang raja bernama Mayadenawa.
Menurut lontar “Mayadanawantaka”, raja ini merupakan putra dari Bhagawan Kasyapa dengan Dewi Danu. Namun sayang, raja yang pandai dan sakti ini memiliki sifat durjana, berhasrat menguasai dunia dan mabuk akan kekuasaan. Terlebih ia mengklaim dirinya sebagai Dewa yang mengharuskan rakyat untuk menyembahnya.
Alkisah, lantaran tabiat buruk yang dimilikinya itu, lantas Batara Indra marah, kemudian menyerbu dan menggempurnya melalui bala tentara yang dikirim. Sembari berlari masuk hutan, Mayadenawa berupaya mengecoh pengejarnya dengan memiringkan telapak kakinya saat melangkah. Sebuah tipuan yang ia coba tebar agar para pengejar tak mengenali jejaknya. Konon dengan kesaktian yang dimilikinya, ia bisa berubah-ubah wujud atau rupa.
Namun, sepandai-pandai ia menyelinap, tertangkap juga oleh para pengejarnya, kendati — sebelumnya — ia sempat menciptakan mata air beracun, yang menyebabkan banyak bala tentara menemui ajal usai mandi dan meminum air itu. Lantas sebagai tandingan, Batara Indra menciptakan mata air penawar racun itu. Air penawar itulah yang kemudian disebut dengan Tirta Empul (air suci). Sedangkan kawasan hutan yang dilewati Mayadenawa — dengan berjalan memiringkan telapak kakinya — dikenal dengan sebutan Tampaksiring.
Lalu, bagaimana dengan keberadaan arsitektur Pura Tirta Empul beserta permandiannya itu?
Ktut Soebandi, dalam buku “Sejarah Pembangunan Pura-Pura di Bali” menyebutkan, Permandian Tirta Empul dibangun pada zaman pemerintahan Raja Sri Candrabhaya Singha Warmadewa, dan hal ini dapat diketahui dari adanya sebuah piagam batu yang terdapat di desa Manukaya yang memuat tulisan dan angka yang menyebutkan bahwa permandian Tirta Empul dibangun pada Sasih Kapat tahun Icaka 884, sekitar Oktober tahun 962 Masehi.
Lantas, bagaimana pula dengan Pura Tirta Empul-nya, apakah dibangun bersamaan dengan permandiannya?
Ternyata (masih dalam buku tersebut) antara lain dinyatakan bahwa Pura Tirta Empul dibangun pada zaman pemerintahan Raja Masula Masuli berkuasa dan memerintah di Bali. Hal ini dapat diketahui dari bunyi lontar Usana Bali. Isi dari lontar itu disebutkan artinya sebagai berikut: “Tatkala itu senang hatinya orang Bali semua, dipimpin oleh Baginda Raja Masula Masuli, dan rakyat seluruhnya merasa gembira, semua rakyat sama-sama mengeluarkan padas, serta bahan bangunan lainnya, seperti dari Blahbatuh, Pejeng, Tampaksiring”.
Dalam Prasasti Sading ada disebutkan, Raja Masula Masuli bertahta di Bali mulai tahun I€aka 1100 atau tahun 1178 M, yang memerintah selama 77 tahun. Berarti ada perbedaan waktu sekitar 216 tahun antara pembangunan permandian Tirta Empul dengan pembangunan puranya.
Jika dikaji dari perbedaan waktu dan fungsi dari ruang arsitektural, menunjukkan bahwa ruang telah mendahului kesadaran visual manusianya. Dalam hal ini setiap objek memiliki suatu hubungan dengan ruang. Objek selaku sumber mata air berhubungan dengan ruang, yakni ruang untuk mandi, citra ruang sebagai tempat — religius — untuk membersihkan diri secara alam sekala (nyata) maupun niskala (tak nyata).
Dalam suatu tatanan spasial, jika suatu objek — tempat mandi — berdaya guna secara optimal, terciptalah suatu tatanan dari Ruang-Waktu. Permandian adalah ruang. Hubungan-hubungan yang dibangun oleh bentuk dan ruang akan menentukan ritme, nilai estetika, dan religius dari bangunan itu. Di mana ruang mandi ini bukan semata membersihkan badan-ragawi, namun juga rohani, yang dalam bahasa-spiritual-Bali disebut juga ngelukat.
Ruang sebagai suatu ide spiritual telah menjadi dorongan hakiki bagi ekspresi dalam pernyataan-pernyataan artistik, filosofis, etis, dan ritual. Kesatuan antara ruang dan waktu memberi kepada arsitektur tampilan yang wadahnya menampung kegiatan-kegiatan di dalamnya secara optimal. Ruang estetis-religius dari permandian dan puranya boleh dikata seni pembentukan ruang abstrak dan pengalaman ruang, lantaran ruang yang terbentuk penuh “daya hidup”, salah satunya muncul melalui kucuran air — yang diyakini punya vibrasi suci — dari dalam pancurannya.
Hal lain bila lebih dicermati lagi dari nilai historisnya, menurut Bernard M Feilden dalam buku “Conservation of Historic Buildings”, bahwa ada beberapa nilai pada prinsipnya terkandung dalam arsitektur yang bernilai sejarah yakni (1) nilai-nilai emosional seperti keajaiban, identitas, kontinyuitas, spiritual dan simbolis; (2) nilai-nilai kultural yang meliputi pendokumentasian, sejarah, arkeologi, usia dan kelangkaan, estetika dan simbolis, arsitektural, tata kota, pertamanan dan ekologikal; dan (3) nilai-nilai penggunaan seperti fungsional, ekonomi, sosial dan politik.
Bagaimana pemandangan di sekitar pura? Jika mengamati lingkungannya dari sisi tebing yang menghubungkan Istana Tampaksiring dengan Pura Tirta Empul dan permandiannya, di kejauhan utara terlihat kebiruan Gunung Batur dan keelokan panorama Gunung Agung di sebelah timur. Di sekitarnya juga nampak permukiman penduduk serta pemandangan persawahan berterasering di kemiringan pebukitan. Di sela-sela bangunan terhampar lansekap yang bernas oleh rimbun dedaunan dan tanaman hias, dengan rerumputan hijau berpaut pepohonan-pepohonan tua, menambah suasana keteduhan dan ketenangan di kawasan pura ini.
Secara arsitektural, Permandian dan Pura Tirta Empul ini memiliki nilai sejarah, bervibrasi spiritual, berkarakter khas, serta akrab dan ramah terhadap lingkungan. Tampilan arsitekturnya bernafaskan tradisi, serta menyatu terhadap kondisi alam di sekitarnya. Ruang-ruangnya pun menyiratkan makna yang religius.
*nym. gde suardana

Jumat, 15 Februari 2013

Tips Membuat Anggaran Jalan-jalan



Terkadang ketika kita ingin sekali refreshing dengan berjalan-jalan, selalu saja yang menjadi masalah pertama adalah keuangan.Mungkin bagi mereka yang mempunyai pohon uang itu bukan suatu masalah untuk merencanakan liburan, nah, bagaimana yang mempunyai penghasilan pas-pasan ? Meskipun saya bukanlah seorang perencana keuangan, tetapi berdasarkan pengalaman, saya punya beberapa tips merencanakan dan mengatur keuangan untuk jalan-jalan.


1.Yang pertama adalah tetapkah tujuan. Tujuan yang dimaksud disini adalah tujuan perjalanan kalian. Apakah di dalam negeri atau di luar negeri, dalam kota atau luar kota, atau bahkan kalian bisa juga berencana melakukan perjalanan panjang dengan banyak tempat tujuan. Tujuan perjalanan akan menentukan besarnya anggaran yang disesuaikan dengan biaya hidup disana.

2. Yang kedua adalah biaya transportasi utama. Hal pertama dan yang paling mudah dihitung adalah transportasi utama (Pulang-pergi). Misalnya kalian dari Jakarta ingin melakukan perjalanan ke Yogya, Bali dan Lombok. Berarti yang kalian hitung adalah:
1. Jakarta-Yogya: tiket bus/travel/kereta/pesawat
2. Yogya-Bali: tiket bus/travel/pesawat
3. Bali-Lombok: tiket bus/tiket ferry/pesawat
4. Lombok-Jakarta: tiket bus/pesawat
Jika kalian memutuskan untuk membawa kendaraan sendiri, hitunglah perkiraan biaya bahan bakar berdasarkan jarak tempuh dan efisiensi penggunaan bahan bakar.

3. Tips yang ketiga adalah biaya akomodasi. Tentukan jenis akomodasi yang kalian inginkan, apakah hotel berbintang, hotel melati, hostel atau losmen.
Saat ini hampir semua penginapan memiliki website sehingga lebih mudah dalam memperkirakan biaya. Jika kalian berencana menumpang dirumah saudara atau teman itu juga ada biayanya. Tidak mungkin kan jika kita menumpang dirumah orang lain tetapi tidak membawa oleh-oleh atau membelikan sesuatu untuknya.

4. Tips yang keempat adalah perhitungkan biaya makan. Biaya makanan memang tergantung dari jenis makanan dan tempat makanannya, kalian bisa menghitung secara garis besar berdasarkan tempat tujuan dan biaya makanan sehari-hari.
Contohnya: Biaya hidup di Yogya lebih rendah dari Jakarta. Biasanya di Jakarta kalian bisa menghabiskan Rp 40 ribu sekali makan, maka di Yogya anda bisa menganggarkan Rp 30 ribu. Tinggal dikalikan berapa hari kalian akan tinggal dan berapa kali kalian makan. Terkadang penginapan juga menyediakan sarapan, jadi kalian tinggal menghitung sisanya.

5. Sediakan biaya tak terduga. Perhitungan biaya yang paling sulit dan sering meleset adalah biaya serba-serbi atau biaya tak terduga. Biaya ini biasanya meliputi transportasi selama berada di tujuan wisata, tiket masuk tempat wisata, tip, tiket, tol, jajan dan biaya tak terduga.
Sebaiknya kalian mencari informasi mengenai biaya-biaya ini sebelum berangkat sehingga mempermudah kalian dalam merencanakan anggaran. Jika informasi tersebut tidak didapatkan, kalian bisa memperkirakannya dengan mengacu ke biaya makan, karena biasanya biaya seperti itu berhubungan dengan biaya hidup didaerah setempat.
Nah itulah tadi tips membuat rancangan anggaran jalan-jalan, semoga yang kalian rencanakan berhasil sesuai dengan perhitungan kalian.Heppi Holiday all..:) 

5 Tips Asyik Untuk Foto Jalan-jalan yang Keren


 Plesir ke suatu tempat yang menarik dan ikonik sangat menyenangkan, apalagi bila dapat berfoto dengan momen yang segar dan terekam dengan sempurna. Satu lembar foto akan begitu bermakna untuk puluhan tahun ke depan.




Disusun detikTravel, Rabu (31/10/2012) berikut 5 tips untuk menghasilkan foto jalan-jalan yang tidak membosankan:

1. Jangan salah kostum


Pelajari tempat yang akan dituju. Jangan sampai salah kostum alias saltum. Kalau ke pantai, agak kurang ciamik bila menggunakan celana jins panjang. Apalagi berfoto dengan jaket motor yang tebal atau sweater. Tidak lucu, bukan?

Di beberapa tempat, ada larangan menggunakan celana pendek seperti di Istana Bangkok (Bangkok Grand Palace). Ada juga yang mewajibkan menggunakan kain setempat seperti di sebagian lokasi wisata di Bali.

2. Sesuaikan warna baju dengan tempat yang didatangi


Setelah memastikan lokasi, perhatikan pula warna dominan yang ada dalam objek wisata yang akan di tuju. Hal ini berguna untuk membantu mencari warna baju yang tepat untuk dipilih. Bila ke daerah candi atau lokasi yang bernuansa gelap, hindari warna baju dengan warna gelap juga. Ada baiknya menggunakan warna kuning, merah atau sesuai selera Anda yang kontras dengan warna sekitar.

Bila bepergian secara berkelompok, pastikan warna baju senada dan harmonis. Karena ini sangat penting untuk membuat komposisi gambar yang unik.

3. Jaket super tebal, pikir-pikir dulu


Khusus untuk di tempat dingin, jaket tebal dengan busa bergelombang di dalam jaket tersebut sebenarnya tidak terlalu fotojenik. Sebab, untuk orang Indonesia yang pada umumnya badannya tidak terlampau besar, jaket super tebal membuat orangnya kalah dominan dari jaketnya. Sebaiknya pilih jaket dengan bahan kain khusus yang hangat dengan model semi jas atau jaket biasa.

Syal juga diperlukan untuk menghangatkan badan. Namun bila leher Anda tidak terlalu jenjang, ada baiknya menghindari syal yang tebal. Syal tebal dengan leher pendek membuat penampilan kurang maksimal.

4. Pilih benda lain untuk memperkaya foto


Tips berikutnya yakni properti, peralatan atau apapun yang dapat membuat foto jalan-jalan makin menakjubkan. Properti ini misalkan peta, koran setempat, kompas, kamera, maupun buku jalan-jalan. Peta mudah ditemui dan dapat diambil gratis begitu Anda sampai di bandara.

Lantas, buatlah adegan tidak hanya monoton dengan berpose menghadap kamera. Melainkan pergunakan dengan properti yang telah disiapkan. Misalkan salah satu melihat peta, sementara yang lain menunjuk ke peta dan yang lain memegang kompas.

5. Memilih latar yang tidak biasa


Berfoto dengan latar bangunan yang sudah ikonik boleh-boleh saja. Namun bila spotnya hanya itu-itu saja, foto tersebut tidak akan terlalu istimewa. Misalkan bila pergi ke Malaysia dan berfoto dengan latar Menara Petronas, Anda akan menjadi orang yang kesekian puluh juta berpose di situ.

Cobalah lebih kreatif lagi dengan mencari background yang sangat bercitarasa lokal, namun belum banyak difoto orang. Usahakan setiap frame yang dihasilkan, orang akan bertanya, "Eh, ini dimana ya? Masa sih di Malaysia? Kok aku kesana nggak perhatikan ada ini ya. Bagus banget."

Silakan mengikuti tips di atas untuk foto perjalanan yang seru. Destinasi sudah ditentukan, baju sudah dipilih yang cocok. Tinggal jeprat, jepret untuk foto-foto liburan yang asyik.