Pages

Jumat, 13 Desember 2013

TIRTA YATRA ke LOMBOK 2 HARI 1 MALAM dg PESAWAT

Tirta Yatra Ke Lombok 2 Hari 1 Malam dg PesawatTIRTA YATRA ke LOMBOK2 HARI 1 MALAM dg PESAWAT

Lombok yang merupakan salah satu pulau yang juga pernah di Perintah oleh Raja Karangasem dari Bali dan juga pernah dikunjungi dalam perjalanan suci Dang Hyang Dwijendra atau yang diberi Gelar Ida Pedanda Sakti Wawu Rauh, tentunya Lombok banyak meninggalkan Pura Pura yang bersejarah yang mempunyai Aura Religi yang tinggi, bagi umat Hindu disarankan juga untuk bisa mengunjungi Pura Pura yang berada di Lombok untuk tetap menjaga hormat kita kepada Para Leluhur Hindu dan untuk memohon tuntunan Spiritual untuk mendapatkan kedamaian dan ketentraman.

narmada
lingsar

Program Perjalanan Wisata Tirta Yatra ke Lombok

2 Hari 1 Malam

Berlaku 5 January - 31 Maret 2013

Hari 1 : Bali – Lombok -Pura Gunung Pengsong-Pura Suranadi – Narmada- Lingsar (L,D)

04.00 Berkumpul di Tempat
04.30 Dijemput dengan Bus menuju Airport Ngurah Rai
05.15 Tiba di Bandara Ngurah Rai, Boarding untuk Penerbangan ke Lombok
06.20 Terbang ke Lombok dengan Lion Air ( Wings Air )
06. 50 Tiba di Bandara International Lombok, dijemput dan diantar untuk berTirta Yatra, Sarapan KFC disediakan dg Box
08.30 Tiba di Pura Gunung Pengsong, melakukan persembahyangan Bersama
10.30 Tiba di Pura Suranadi Lombok, melukat dan sembahyang bersama
12.00 – 13.00 Makan siang di Lokal Restaurant / Box
14.00 – 15.00 Melakukan Persembahyangan di Pura Narmada, yang lebih di kenal dengan Pura dg Air Suci Awet Muda.
17.30 – 20.00 mengunjungi Pantai Senggigi hingga matahari terbenam kemudian makan malam dengan Menu Khas Lombok Ayam Taliwang
Check in Hotel di Daerah Mataram / Senggigi

Hari 2 : Check out -Pura Lingsar - Pura Batu Bolong – Pr Gunung Sari, Shooping – Balik ke Bali (B,L)

07.00 – 08.00 : Sarapan pagi di Hotel, dilanjutkan check out
08.30 – 09.30 : Persembahyangan di Pura Batu Bolong
10.00 – 11.30 : Persembahnyangan di Pura Batu Mekuub di Gunung Sari
12.00 – 13.00 : Makan siang di Lokal Restaurant
14.00 – 15.00 : Persembahyangan di Pura Lingsar, melukat di Pancuran 9 untuk pengobatan penyakit
15.15- 16.00 : Shooping oleh oleh di kota Mataram
16.50 : Tiba di Bandara International Lombok untuk kembali ke Bali
17.50 : Terbang dengan Wings Air menuju Bali
18.20 : Tiba di Bali , dijemput dengan Bus Pariwisata untuk diantar ke Tempat ( Lokasi Berkumpul )

HARGA PER ORANG ( Lion Air ) : Rp. 1.500.000 ( Minimum Booking 20 Orang )

Paket Sudah Termasuk :

Tiket Pesawat Bali – Lombok- Bali (PP) Klas Ekonomi
Airport Tax di Bali dan Lombok
1 Malam menginap di Hotel Ber Ac di Lombok
Ac Bus Pariwisata
1 Pejati di setiap Pura
Pemandu
2 x Makan siang dan 1 x Makan Malam
Mineral water
Transfer ke Airport di Bali (PP ) untuk Lokasi Denpasar dan sekitarnya

Harga Belum Termasuk :

Pengeluaran Pribadi
Sumbangan ( Dana Punia )
Sesari

Senin, 04 November 2013

Jenuh di Pesawat? Ini Tipsnya...

Mati gaya, lelah, dan bosan. Rasanya pesawat yang ditumpangi tidak sampai - sampai ke negara tujuan. Belum lagi menghadapi tekanan diketinggian, rasanya badan mau remuk. Mau bagaimana lagi.
Jangan heran kadang ditengah perjalanan panjang ada penumpang yang histeris seperti frustasi bahkan sampai berteriak–teriak. Ada juga yang tiba–tiba jatuh pingsan karena terkena serangan pusing mendadak. Padahal sebelumnya mereka baik–baik saja.
Untuk menghindarinya ada beberapa cara untuk mengurangi dan mengusir rasa jenuh di atas pesawat:

1. Tidur. 

Beruntunglah kalau anda termasuk tipe orang yang mudah tidur termasuk di pesawat. Sepanjang perjalanan, bisa sampai belasan atau 20-an jam, saat penumpang lain mati gaya, anda bisa tidur dengan nyamannya. Padahal di kelas ekonomi. Bila sulit tidur biasanya akan minum obat tidur, baik yang dijual bebas maupun dari dokter. Bila memilih minum obat tidur disarankan konsultasikan dengan dokter agar lebih aman.

2. Maksimalkan fasilitas hiburan yang ada di layar. 

Mulai dari menonton film, mendengarkan musik, sampai bermain permaian di layar. Tentunya jangan berharap akan puas seperti menonton di bioskop atau tivi di rumah atau bermain di layar komputer. Nikmati saja untuk membunuh kebosanan diatas pesawat. Pilihan film dan lagunya biasanya banyak yang dari benua atau negara yang tidak familiar di Indonesia. Bisa jadi, ini adalah kesempatan untuk memahami sedikit karya–karya seniman yang tidak kita ketahui sebelumnya.

3. Menuntaskan membaca buku atau baca buku baru.

 Memiliki waktu kosong yang lama adalah salah satu kesempatan untuk membaca buku. Pilihlah buku yang walaupun tebal tapi temanya ringan yang kita sukai. Kasihanilah tubuh kita yang lelah kalau masih harus membaca buku yang berat.

4. Bermain gadget dengan catatan semua jaringan frekuensi yang ada dimatikan.

5. Tak ada salahnya bawa cemilan yang kita suka. 

Asal jangan yang berbentuk cairan karena dilarang dibawa ke atas pesawat. Mengemil bisa membuat hati menjadi lebih senang. Lupakan sejenak kalori yang ada dikandung makanan ringan yang kita makan. Toh ini juga perjalanan panjang yang melelahkan, tentu membutuhkan banyak asupan tambahan energi juga.

Cemilan yang terbaik yang kita bawa adalah buah–buahan segar. Di atas pesawat suhu udaranya juga rendah membuat cepat haus dan kulit kering. Buah akan membantu menjaga kelembaban kulit dan kesegaran tubuh.
6. Terkait tips di atas, jangan sungkan untuk meminta minum kepada pramugari/pramugara, terutama air putih. Ini penting untuk menjaga stamina tubuh. Tak ada salahnya minta makanan, biasanya akan dikasih roti, susu atau makanan utama jika masih tersedia. Kompas.com

Tips Jitu Menabung untuk Travelling

“Darimana uangnya?”, “Enggak punya uang ah”. Jawaban-jawaban seperti itulah yang kurang lebih muncul saat ada ajakan untuk mempersiapkan diri melancong ke luar negeri.

Memang, selain ketersediaan waktu, uang adalah faktor yang paling menentukan dalam mewujudkan mimpin melakukan perjalanan wisata. 

Nah, Sama dengan impian atau cita–cita lainnya, melancong juga harus diusahakan dan membutuhkan perjuangan yang tidak ringan. Salah satu perjuangan yang harus dipersiapkan adalah: menabung. 

Tidak memerlukan pemikiran yang rumit untuk menabung demi melancong atau jalan–jalan. Tapi, darimana uangnya? Ya, tentu dari penghasilan kita sendiri. 

Menabung mata uang asing 

Karena mata uang yang paling "laku" di dunia ini adalah dollar Amerika Serikat, maka cara menyimpan uang yang paling efektif untuk melancong adalah dalam mata uang tersebut. 

Tiap negara memang memiliki aturan sendiri tentang Dollar AS. Di Indonesia termasuk yang paling rewel, tidak boleh lecek, rusak, noda, dan makin besar pecahannya akan semakin berharga. 

Tidak di negara lain, bahkan di negara-negara Asia. Mereka tetap mau menerima pecahan dollar berapapun, dan kondisi apapun, kecuali sobek parah tentunya. Nilai tukarnya sama, tak beda antara uang mulus dan uang kusam. 

Uang dollar yang kita miliki tak harus kita simpan di bank. Kita bisa menukar sisa atau tabungan rupiah yang kita miliki tiap minggu atau tiap bulannya ke dalam pecahan dollar dengan jumlah dan pecahan berapa pun. 

Kadang kita mengecilkan uang yang kita miliki, padahal dengan uang yang sedikit itu, kita sudah bisa melihat keindahan dunia. Coba bayangkan, apa arti Rp 100 ribu untuk sehari–hari. Apalagi di kota besar macam Jakarta. Uang sebesar itu hanya habis untuk sekali dua kali makan dan minum di mal.

Sesungguhnya, Rp 100 ribu senilai dengan sekitar 10 dollar AS sama dengan harga tiket bus dari Ho Chi Minh, Vietnam ke Pnompenh, Kamboja. Artinya, uang yang kita anggap nilainya biasa saja ternyata bisa membawa kita ke dua negara, Vietnam dan Kamboja. 

Selain dollar AS, Euro dan Poundsterling juga merupakan mata uang yang seksi untuk disimpan, karena laku di banyak negara. Kecuali, jika sudah tahu negara atau tempat tujuan, kita bisa langsung membeli mata uang negara yang dituju.  

Menabung tidak harus uang   

Menabung untuk melancong atau traveling tidak harus uang. Kita bisa menyimpang kebutuhan saat di perjalanan dengan cara mencicil. Misalnya, bulan pertama mengeluarkan uang untuk beli tiket perjalanan, bulan kedua untuk  booking hotel/guesthouse, ketiga untuk beli perlengkapan perjalanan, bulan–bulan selanjutnya bisa menabung uang tunai sebagai biaya selama perjalanan. 

Menabung juga terkait dengan waktu. Semakin banyak tenggang waktu semakin besar jumlah uang yang bisa ditabung. Banyaknya waktu yang tersisa juga membuka kesempatan lebih besar mendapatkan promo atau diskon yang ditawarkan perusahaan penerbangan dan hotel.

Setidaknya, enam bulan adalah waktu yang lebih dari cukup untuk mendapatkan tiket promo penerbangan dan penginapan. Bisa juga sambil mencari tawaran promo atau diskon tempat wisata macam wahana bermain, tempat belanja, dan lokasi sejenisnya. 

Rekening tabungan terpisah 

Namanya uang, kalau ada di depan mata pasti panas untuk digunakan. Penyelesaiannya adalah dengan membuka rekening tabungan terpisah dari rekening tabungan untuk kebutuhan sehari–hari. 

Selain untuk menabung, ATM-nya juga bisa berguna untuk tarik tunai saat di perjalanan, termasuk di luar negeri. Penggunaan ATM saat di perjalanan, juga cara aman untuk menyimpan uang. 

Berbagai bank nasional memberikan layanan tarik tunai di luar negeri. Memang ada biaya administrasi setiap tarik tunai, rata–rata Rp 25.000 –Rp 50.000 sekali tarik tunai.  Harus diwaspadai, ada beberapa negara yang rentan kejahatan kartu plastik semacam ini, ada baiknya berkonsultasi dengan pihak bank. 
 

Jangan utang untuk liburan 

Adalah tabu berhutang untuk jalan-jalan. Termasuk utang dengan kartu kredit. Berutang tidak akan membuat perjalanan menjadi menyenangkan malah justru menyiksa. Beban membayar utang saat pulang akan membuat keuangan pribadi anda menjadi tidak sehat. 

Kalaupun harus menggunakan kartu kredit, setidaknya sejumlah yang masih mampu dilunasi dua-tiga kali pembayaran tiap bulannya.  Jangan sampai sepulang dari jalan–jalan, masih harus membayar utang selama enam bulan sampai Satu tahun. 

Dan, tips terakhir adalah, penting untuk mementukan tujuan dan lama perjalanan sesuai kemampuan.  Jangan memaksakan diri berlibur ke tempat yang mahal hanya untuk bergaya atau maksud pamer dengan lingkungan. kompas.com

Rabu, 03 Juli 2013

PROMO EVERYDAY SMART HOTEL *2 PERIOD 7 JULY - 6 AUG 2013





PROMO EVERYDAY SMART HOTEL *2,
PERIOD 7 JULY - 6 AUG 2013

ONLY 550 K MINIMAL STAY 2 NIGHTS INCLUDE BREAKFAST
FIRST COME , FIRST SERVICE...
CONTACT ME FOR BOOKING

Senin, 06 Mei 2013

{{ Sekolah di Jepang VS Sekolah di Indonesia }}

Anak saya bersekolah di salah satu Sekolah Dasar Negeri (SDN) kota Tokyo, Jepang. Pekan lalu, saya diundang untuk menghadiri acara “open school” di sekolah tersebut. Kalau di Indonesia, sekolah ini mungkin seperti SD Negeri yang banyak tersebar di pelosok nusantara. Biaya sekolahnya gratis dan lokasinya di sekitar perumahan.

Pada kesempatan itu, orang tua diajak melihat bagaimana anak-anak di Jepang belajar. Kami diperbolehkan masuk ke dalam kelas, dan melihat proses belajar mengajar mereka. Saya bersemangat untuk hadir, karena saya meyakini bahwa kemajuan suatu bangsa tidak bisa dilepaskan dari bagaimana bangsa tersebut mendidik anak-anaknya.

Melihat bagaimana ketangguhan masyarakat Jepang saat gempa bumi lalu, bagaimana mereka tetap memerhatikan kepentingan orang lain di saat kritis, dan bagaimana mereka memelihara keteraturan dalam berbagai aspek kehidupan, tidaklah mungkin terjadi tanpa ada kesengajaan. Fenomena itu bukan sesuatu yang terjadi “by default”, namun pastilah “by design”. Ada satu proses pembelajaran dan pembentukan karakter yang dilakukan terus menerus di masyarakat.

Dan saat saya melihat bagaimana anak-anak SD di Jepang, proses pembelajaran itu terlihat nyata. Fokus pendidikan dasar di sekolah Jepang lebih menitikberatkan pada pentingnya “Moral”. Moral menjadi fondasi yang ditanamkan “secara sengaja” pada anak-anak di Jepang. Ada satu mata pelajaran khusus yang mengajarkan anak tentang moral. Namun nilai moral diserap pada seluruh mata pelajaran dan kehidupan.

Sejak masa lampau, tiga agama utama di Jepang, Shinto, Buddha, dan Confusianisme, serta spirit samurai dan bushido, memberi landasan bagi pembentukan moral bangsa Jepang. Filosofi yang diajarkan adalah bagaimana menaklukan diri sendiri demi kepentingan yang lebih luas. Dan filosofi ini sangat memengaruhi serta menjadi inti dari sistem nilai di Jepang.
Anak-anak diajarkan untuk memiliki harga diri, rasa malu, dan jujur. Mereka juga dididik untuk menghargai sistem nilai, bukan materi atau harta.

Di sekolah dasar, anak-anak diajarkan sistem nilai moral melalui empat aspek, yaitu Menghargai Diri Sendiri (Regarding Self), Menghargai Orang Lain (Relation to Others), Menghargai Lingkungan dan Keindahan (Relation to Nature & the Sublime), serta menghargai kelompok dan komunitas (Relation to Group & Society). Keempatnya diajarkan dan ditanamkan pada setiap anak sehingga membentuk perilaku mereka.
Pendidikan di SD Jepang selalu menanamkan pada anak-anak bahwa hidup tidak bisa semaunya sendiri, terutama dalam bermasyarakat. Mereka perlu memerhatikan orang lain, lingkungan, dan kelompok sosial. Tak heran kalau kita melihat dalam realitanya, masyarakat di Jepang saling menghargai. Di kendaraan umum, jalan raya, maupun bermasyarakat, mereka saling memperhatikan kepentingan orang lain. Rupanya hal ini telah ditanamkan sejak mereka berada di tingkat pendidikan dasar.

Empat kali dalam seminggu, anak saya kebagian melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga. Ia harus membersihkan dan menyikat WC, menyapu dapur, dan mengepel lantai. Setiap anak di Jepang, tanpa kecuali, harus melakukan pekerjaan-pekerjaan itu. Akibatnya mereka bisa lebih mandiri dan menghormati orang lain.
Kebersahajaan juga diajarkan dan ditanamkan pada anak-anak sejak dini. Nilai moral jauh lebih penting dari nilai materi. Mereka hampir tidak pernah menunjukkan atau bicara tentang materi.
Anak-anak di SD Jepang tidak ada yang membawa handphone, ataupun barang berharga. Berbicara tentang materi adalah hal yang memalukan dan dianggap rendah di Jepang.
Keselarasan antara pendidikan di sekolah dengan nilai-nilai yang ditanamkan di rumah dan masyarakat juga penting. Apabila anak di sekolah membersihkan WC, maka otomatis itu juga dikerjakan di rumah. Apabila anak di sekolah bersahaja, maka orang tua di rumah juga mencontohkan kebersahajaan. Hal ini menjadikan moral lebih mudah tertanam dan terpateri di anak.
Dengan kata lain, orang tua tidak “membongkar” apa yang diajarkan di sekolah oleh guru. Mereka justru mempertajam nilai-nilai itu dalam keseharian sang anak.

Saat makan siang tiba, anak-anak merapikan meja untuk digunakan makan siang bersama di kelas. Yang mengagetkan saya adalah, makan siang itu dilayani oleh mereka sendiri secara bergiliran. Beberapa anak pergi ke dapur umum sekolah untuk mengambil trolley makanan dan minuman. Kemudian mereka melayani teman-temannya dengan mengambilkan makanan dan menyajikan minuman.
Hal seperti ini menanamkan nilai pada anak tentang pentingnya melayani orang lain. Saya yakin, apabila anak-anak terbiasa melayani, sekiranya nanti menjadi pejabat publik, pasti nalurinya melayani masyarakat, bukan malah minta dilayani.

Saya sendiri bukan seorang ahli pendidikan ataupun seorang pendidik. Namun sebagai orang tua yang kemarin kebetulan melihat sistem pendidikan dasar di SD Negeri Jepang, saya tercenung. Mata pelajaran yang menurut saya “berat” dan kerap di-“paksa” harus hafal di SD kita, tidak terlihat di sini. Satu-satunya hafalan yang saya pikir cukup berat hanyalah huruf Kanji.
Sementara, selebihnya adalah penanaman nilai.

Besarnya kekuatan industri Jepang, majunya perekonomian, teknologi canggih, hanyalah ujung yang terlihat dari negeri Jepang. Di balik itu semua ada sebuah perjuangan panjang dalam membentuk budaya dan karakter. Ibarat pohon besar yang dahan dan rantingnya banyak, asalnya tetap dari satu petak akar. Dan akar itu, saya pikir adalah pendidikan dasar.
Sistem pendidikan Jepang seperti di atas tadi, berlaku seragam di seluruh sekolah. Apa yang ditanamkan, apa yang diajarkan, merata di semua sekolah hingga pelosok negeri. Mungkin di negeri kita banyak juga sekolah yang mengajarkan pembentukan karakter. Ada sekolah mahal yang bagus. Namun selama dilakukan terpisah-terpisah, bukan sebagai sistem nasional, anak akan mengalami kebingungan dalam kehidupan nyata. Apalagi kalau sekolah mahal sudah menjadi bagian dari mencari gengsi, maka satu nilai moral sudah berkurang di sana.
Di Jepang, masalah pendidikan ditangani oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olah Raga, dan Ilmu Pengetahuan Jepang (MEXT) atau disebut dengan Monkasho. Pemerintah Jepang mensentralisir pendidikan dan mengatur proses didik anak-anak di Jepang. MEXT menyadari bahwa pendidikan tak dapat dipisahkan dari kebudayaan, karena dalam proses pendidikan, anak diajarkan budaya dan nilai-nilai moral.

Mudah-mudahan dikeluarkannya kata “Budaya” dari Departemen “Pendidikan dan Kebudayaan” sehingga “hanya” menjadi Departemen “Pendidikan Nasional” di negeri kita, bukan berarti bahwa pendidikan kita mulai melupakan “Budaya”, yang di dalamnya mencakup moral dan budi pekerti.
Hakikat pendidikan dasar adalah juga membentuk budaya, moral, dan budi pekerti, bukan sekedar menjadikan anak-anak kita pintar dan otaknya menguasai ilmu teknologi. Apabila halnya demikian, kita tak perlu heran kalau masih melihat banyak orang pintar dan otaknya cerdas, namun miskin moral dan budi pekerti. Mungkin kita terlewat untuk menginternalisasi nilai-nilai moral saat SD dulu. Mungkin waktu kita saat itu tersita untuk menghafal ilmu-ilmu “penting” lainnya.

Demikian sekedar catatan saya dari menghadiri pertemuan orang tua di SD Jepang.
Strawberry

Rabu, 24 April 2013

Orang Bodoh vs Orang Pintar

Copas from vemale :

Orang Bodoh vs Orang Pintar


Orang bodoh sulit dapat kerja, akhirnya berbisnis

Agar bisnis berhasil, ia merekrut orang pintar

Alhasil, boss orang pintar adalah orang bodoh

Orang bodoh sering melakukan kesalahan

Maka dia merekrut orang pintar untuk memperbaiki yang salah

Alhasil, orang bodoh memerintah orang pintar untuk keperluannya.

Orang pintar belajar untuk mendapatkan ijazah dan mencari kerja.

Orang bodoh berpikir secepatnya mendapatkan uang untuk membayar orang pintar

Orang bodoh berpikir pendek untuk memutuskan sesuatu yang dipikirkan panjang-panjang oleh orang pintar.

Alhasil orang pintar menjadi staf orang bodoh

Saat bisnis orang bodoh mengalami kelesuan, dia PHK orang pintar yang bekerja

Tapi saat bisnis orang bodoh maju, orang pintar akan menghabiskan waktu untuk bekerja keras dengan hati senang.

Sementara orang bodoh menghabiskan waktu untuk bersenang-senang dengan keluarganya.

Mata orang bodoh selalu mencari apa yang bisa dijadikan duit

Mata orang pintar selalu mencari kolom lowongan pekerjaan

Bill Gates, Dell, Henry Ford, Liem Swie Liong tidak pernah dapat S1, tapi menjadi kaya.

Ribuan orang pintar bekerja untuk mereka

dan ribuan jiwa keluarga bergantung pada mereka.

PERTANYAAN:

- Lebih baik jadi orang pintar atau orang bodoh?

- Lebih pintar mana, orang pintar atau orang bodoh?

- Mana yang lebih susah, orang pintar atau orang bodoh?

KESIMPULAN:

Jangan lama-lama jadi orang pintar

Jadilah orang bodoh yang pintar, daripada jadi orang pintar yang bodoh

Kata kuncinya adalah 'risiko' dan 'berusaha'.

Karena orang bodoh berpikir pendek, maka dia bilang risikonya kecil, selanjutnya dia berusaha agar risiko betul-betul kecil.

Orang pintar berpikir panjang, maka dia bilang risikonya besar, selanjutnya dia tidak berusaha mengambil risiko tersebut, dan mengabdi pada orang bodoh.

Di manakah posisi kita saat ini?

Berhentilah meratapi keadaan kita yang sekarang.

Ini hanya sebuah refleksi dari semua retorika dan dinamika kehidupan.

Semua pilihan dan keputusan ada di tangan kita untuk mengubahnya.

Sabtu, 06 April 2013

PELANGI PErjalanan LANGkah & Inspirasi


--------------------------------------------------------------------------------

Alkisah, tersebutlah seorang pria yang putus asa dan ingin meninggalkan segalanya. 
Meninggalkan pekerjaan, hubungan, dan berhenti hidup. 
Ia lalu pergi ke hutan untuk bicara yang terakhir kalinya dengan Tuhan Sang Maha Pencipta. 

"Tuhan," katanya. "Apakah Tuhan bisa memberi saya satu alasan yang baik
untuk jangan berhenti hidup dan menyerah ?"

Jawaban Tuhan sangat mengejutkan.

"Coba lihat ke sekitarmu. Apakah kamu melihat pakis dan bambu ?".

"Ya," jawab pria itu.

"Ketika menanam benih pakis dan benih bambu, Aku merawat keduanya secara sangat baik.
Aku memberi keduanya cahaya. Memberikan air. Pakis tumbuh cepat di bumi.
Daunnya yang hijau segar menutupi permukaan tanah hutan.
Sementara itu, benih bambu tidak menghasilkan apapun.
Tapi Aku tidak menyerah.

"Pada tahun kedua, pakis tumbuh makin subur dan banyak,
tapi belum ada juga yang muncul dari benih bambu.
Tapi Aku tidak menyerah.

"Di tahun ketiga, benih bambu belum juga memunculkan sesuatu.
Tapi Aku tidak menyerah.

Di tahun ke-4, masih juga belum ada apapun dari benih bambu.
Aku tidak menyerah," kataNya.

"Di tahun kelima, muncul sebuah tunas kecil.
Dibanding dengan pohon pakis, tunas itu tampak kecil dan tidak bermakna.
Tapi 6 bulan kemudian, bambu itu menjulang sampai 100 kaki.
Untuk menumbuhkan akar itu perlu waktu 5 tahun.
Akar ini membuat bambu kuat dan memberi apa yang diperlukan bambu untuk bertahan hidup.

Aku tak akan memberi cobaan yang tak sangup diatasi ciptaan-Ku, "kata Tuhan kepada pria itu.

"Tahukah kamu, anak-Ku, di saat menghadapi semua kesulitan dan perjuangan berat ini, 


kamu sebenarnya menumbuhkan akar-akar?"

"Aku tidak meninggalkan bambu itu. Aku juga tak akan meninggalkanmu. "

"Jangan membandingkan diri sendiri dengan orang lain," kata Tuhan.
"Bambu mempunyai tujuan yang beda dengan pakis. Tapi keduanya membuat hutan menjadi indah."

"Waktumu akan datang. Kamu akan menanjak dan menjulang tinggi."

"Saya akan menjulang setinggi apa ?" tanya pria itu.

"Setinggi apa pohon bambu bisa menjulang?" tanya Tuhan

"Setinggi yang bisa dicapainya," jawab pria itu.

"Ya, benar! Agungkan dan muliakan nama-Ku dengan menjadi yang terbaik,
meraih yang tertinggi sesuai kemampuanmu, " kata Tuhan.

Pria itu lalu meninggalkan hutan dan mengisahkan pengalaman hidup yang berharga ini.

Jumat, 05 April 2013

10 Rahasia Sukses Orang Jepang



Kita perlu belajar nih, yang positif dari Bangsa Jepang. Anda berminat untuk sukses ? Pelajari Rahasia Sukses Orang Jepang.

1. Kerja Keras
Sudah menjadi rahasia umum bahwa bangsa Jepang adalah pekerja keras. Rata-rata jam kerja pegawai di Jepang adalah 2450 jam/tahun, sangat tinggi dibandingkan dengan Amerika (1957 jam/tahun), Inggris (1911 jam/tahun), Jerman (1870 jam/tahun), dan Perancis (1680 jam/tahun). Seorang pegawai di Jepang bisa menghasilkan sebuah mobil dalam 9 hari, sedangkan pegawai di negara lain memerlukan 47 hari untuk membuat mobil yang bernilai sama. Seorang pekerja Jepang boleh dikatakan bisa melakukan pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh 5-6 orang. Pulang cepat adalah sesuatu yang boleh dikatakan “agak memalukan” di Jepang, dan menandakan bahwa pegawai tersebut termasuk “yang tidak dibutuhkan” oleh perusahaan.

 2. Malu
Malu adalah budaya leluhur dan turun temurun bangsa Jepang. Harakiri (bunuh diri dengan menusukkan pisau ke perut) menjadi ritual sejak era samurai, yaitu ketika mereka kalah dan pertempuran. Masuk ke dunia modern, wacananya sedikit berubah ke fenomena “mengundurkan diri” bagi para pejabat (mentri, politikus, dsb) yang terlibat masalah korupsi atau merasa gagal menjalankan tugasnya. Efek negatifnya mungkin adalah anak-anak SD, SMP yang kadang bunuh diri, karena nilainya jelek atau tidak naik kelas. Karena malu jugalah, orang Jepang lebih senang memilih jalan memutar daripada mengganggu pengemudi di belakangnya dengan memotong jalur di tengah jalan. Mereka malu terhadap lingkungannya apabila mereka melanggar peraturan ataupun norma yang sudah menjadi kesepakatan umum.

3. Hidup Hemat
Orang Jepang memiliki semangat hidup hemat dalam keseharian. Sikap anti konsumerisme berlebihan ini nampak dalam berbagai bidang kehidupan. Di masa awal mulai kehidupan di Jepang, saya sempat terheran-heran dengan banyaknya orang Jepang ramai belanja di supermarket pada sekitar jam 19:30. Selidik punya selidik, ternyata sudah menjadi hal yang biasa bahwa supermarket di Jepang akan memotong harga sampai separuhnya pada waktu sekitar setengah jam sebelum tutup. Seperti diketahui bahwa Supermarket di Jepang rata-rata tutup pada pukul 20:00.

 4. Loyalitas
Loyalitas membuat sistem karir di sebuah perusahaan berjalan dan tertata dengan rapi. Sedikit berbeda dengan sistem di Amerika dan Eropa, sangat jarang orang Jepang yang berpindah-pindah pekerjaan. Mereka biasanya bertahan di satu atau dua perusahaan sampai pensiun. Ini mungkin implikasi dari Industri di Jepang yang kebanyakan hanya mau menerima fresh graduate, yang kemudian mereka latih dan didik sendiri sesuai dengan bidang garapan (core business) perusahaan.

 5. Inovasi
Jepang bukan bangsa penemu, tapi orang Jepang mempunyai kelebihan dalam meracik temuan orang dan kemudian memasarkannya dalam bentuk yang diminati oleh masyarakat. Menarik membaca kisah Akio Morita yang mengembangkan Sony Walkman yang melegenda itu. Cassete Tape tidak ditemukan oleh Sony, patennya dimiliki oleh perusahaan Phillip Electronics. Tapi yang berhasil mengembangkan dan membundling model portable sebagai sebuah produk yang booming selama puluhan tahun adalah Akio Morita, founder dan CEO Sony pada masa itu. Sampai tahun 1995, tercatat lebih dari 300 model walkman lahir dan jumlah total produksi mencapai 150 juta produk. Teknik perakitan kendaraan roda empat juga bukan diciptakan orang Jepang, patennya dimiliki orang Amerika. Tapi ternyata Jepang dengan inovasinya bisa mengembangkan industri perakitan kendaraan yang lebih cepat dan murah.


 6. Pantang Menyerah
Sejarah membuktikan bahwa Jepang termasuk bangsa yang tahan banting dan pantang menyerah. Puluhan tahun dibawah kekaisaran Tokugawa yang menutup semua akses ke luar negeri, Jepang sangat tertinggal dalam teknologi. Ketika restorasi Meiji (meiji ishin) datang, bangsa Jepang cepat beradaptasi dan menjadi fast-learner. Kemiskinan sumber daya alam juga tidak membuat Jepang menyerah. Tidak hanya menjadi pengimpor minyak bumi, batubara, biji besi dan kayu, bahkan 85% sumber energi Jepang berasal dari negara lain termasuk Indonesia . Kabarnya kalau Indonesia menghentikan pasokan minyak bumi, maka 30% wilayah Jepang akan gelap gulita Rentetan bencana terjadi di tahun 1945, dimulai dari bom atom di Hiroshima dan Nagasaki , disusul dengan kalah perangnya Jepang, dan ditambahi dengan adanya gempa bumi besar di Tokyo . Ternyata Jepang tidak habis. Dalam beberapa tahun berikutnya Jepang sudah berhasil membangun industri otomotif dan bahkan juga kereta cepat (shinkansen) . Mungkin cukup menakjubkan bagaimana Matsushita Konosuke yang usahanya hancur dan hampir tersingkir dari bisnis peralatan elektronik di tahun 1945 masih mampu merangkak, mulai dari nol untuk membangun industri sehingga menjadi kerajaan bisnis di era kekinian. Akio Morita juga awalnya menjadi tertawaan orang ketika menawarkan produk Cassete Tapenya yang mungil ke berbagai negara lain. Tapi akhirnya melegenda dengan Sony Walkman-nya. Yang juga cukup unik bahwa ilmu dan teori dimana orang harus belajar dari kegagalan ini mulai diformulasikan di Jepang dengan nama shippaigaku (ilmu kegagalan). Kapan-kapan saya akan kupas lebih jauh tentang ini

 7. Budaya Baca
Jangan kaget kalau anda datang ke Jepang dan masuk ke densha (kereta listrik), sebagian besar penumpangnya baik anak-anak maupun dewasa sedang membaca buku atau koran. Tidak peduli duduk atau berdiri, banyak yang memanfaatkan waktu di densha untuk membaca. Banyak penerbit yang mulai membuat man-ga (komik bergambar) untuk materi-materi kurikulum sekolah baik SD, SMP maupun SMA. Pelajaran Sejarah, Biologi, Bahasa, dsb disajikan dengan menarik yang membuat minat baca masyarakat semakin tinggi. Saya pernah membahas masalah komik pendidikan di blog ini. Budaya baca orang Jepang juga didukung oleh kecepatan dalam proses penerjemahan buku-buku asing (bahasa inggris, perancis, jerman, dsb). Konon kabarnya legenda penerjemahan buku-buku asing sudah dimulai pada tahun 1684, seiring dibangunnya institute penerjemahan dan terus berkembang sampai jaman modern. Biasanya terjemahan buku bahasa Jepang sudah tersedia dalam beberapa minggu sejak buku asingnya diterbitkan.

 8. Kerjasama Kelompok
Budaya di Jepang tidak terlalu mengakomodasi kerja-kerja yang terlalu bersifat individualistik. Termasuk klaim hasil pekerjaan, biasanya ditujukan untuk tim atau kelompok tersebut. Fenomena ini tidak hanya di dunia kerja, kondisi kampus dengan lab penelitiannya juga seperti itu, mengerjakan tugas mata kuliah biasanya juga dalam bentuk kelompok. Kerja dalam kelompok mungkin salah satu kekuatan terbesar orang Jepang. Ada anekdot bahwa “1 orang professor Jepang akan kalah dengan satu orang professor Amerika, hanya 10 orang professor Amerika tidak akan bisa mengalahkan 10 orang professor Jepang yang berkelompok” . Musyawarah mufakat atau sering disebut dengan “rin-gi” adalah ritual dalam kelompok. Keputusan strategis harus dibicarakan dalam “rin-gi”.

 9. Mandiri
Sejak usia dini anak-anak dilatih untuk mandiri. Irsyad, anak saya yang paling gede sempat merasakan masuk TK (Yochien) di Jepang. Dia harus membawa 3 tas besar berisi pakaian ganti, bento (bungkusan makan siang), sepatu ganti, buku-buku, handuk dan sebotol besar minuman yang menggantung di lehernya. Di Yochien setiap anak dilatih untuk membawa perlengkapan sendiri, dan bertanggung jawab terhadap barang miliknya sendiri. Lepas SMA dan masuk bangku kuliah hampir sebagian besar tidak meminta biaya kepada orang tua. Teman-temen seangkatan saya dulu di Saitama University mengandalkan kerja part time untuk biaya sekolah dan kehidupan sehari-hari. Kalaupun kehabisan uang, mereka “meminjam” uang ke orang tua yang itu nanti mereka kembalikan di bulan berikutnya.

 10. Jaga Tradisi & Menghormati Orang Tua
Perkembangan teknologi dan ekonomi, tidak membuat bangsa Jepang kehilangan tradisi dan budayanya. Budaya perempuan yang sudah menikah untuk tidak bekerja masih ada dan hidup sampai saat ini. Budaya minta maaf masih menjadi reflek orang Jepang. Kalau suatu hari anda naik sepeda di Jepang dan menabrak pejalan kaki , maka jangan kaget kalau yang kita tabrak malah yang minta maaf duluan.
Sampai saat ini orang Jepang relatif menghindari berkata “tidak” untuk apabila mendapat tawaran dari orang lain. Jadi kita harus hati-hati dalam pergaulan dengan orang Jepang karena “hai” belum tentu “ya” bagi orang Jepang Pertanian merupakan tradisi leluhur dan aset penting di Jepang. Persaingan keras karena masuknya beras Thailand dan Amerika yang murah, tidak menyurutkan langkah pemerintah Jepang untuk melindungi para petaninya. Kabarnya tanah yang dijadikan lahan pertanian mendapatkan pengurangan pajak yang signifikan, termasuk beberapa insentif lain untuk orang-orang yang masih bertahan di dunia pertanian. Pertanian Jepang merupakan salah satu yang tertinggi di dunia.

Belajar "3 Lupa" dari Confucius



葉公問孔子於子路,子路不對.子曰:"女奚不曰"其為人也,發憤忘食,樂以忘憂,不知老之將至云爾."(論語:述而篇)

Yè gōng wèn kǒngzǐ yú zilù, zilù bùduì. Zǐ yuē:"Nǚ xī bù yuē"qí wéi rén yě, fā fèn wàng shí, lè yǐ wàng yōu, bù zhī lǎo zhī jiàng zhì yún ěr."(Lúnyǔ: Shù ér piān)

Yegong bertanya kepada murid Confucius yang bernama Zilu tentang sifat atau kepribadian Confucius.Zilu tidak menjawab. Confucius setelah tahu tentang hal ini lalu berkata kepada Zilu:"Muridku, kenapa kamu tidak katakan demikian kepadanya : Beliau(Confucius)jika sudah mengkaji pelajaran dan ilmu pengetahuan, karena saking meresapi ilmu,sampai lupa makan,setelah memahami satu kebenaran, maka dalam sanubari timbul suka-cita hingga melupakan kecemasan,saking gemar belajar hingga tidak sadar bahwa dirinya sudah tua."

Dari ayat ini, kita bisa mengetahui bahwa ada "3 Lupa" yang kita dapati dari diri seorang Confucius yaitu Lupa makan, Lupa Kecemasan dan Lupa Usia.

Secara logika. satu hari makan 3 kali bagaimana bisa lupa? Anda mungkin bertanya-tanya dalam hati. Tetapi saya ingin mengambil contoh para ilmuwan terkenal sekaliber Albert Einsten, Newton dll, beliau-beliau ini adalah tokoh penemu yang sangat berdedikasi bagi umat manusia. Ketika mereka terlibat dalam penelitian biasanya saking konsentrasinya mereka lupa makan.Dua ribu tahun lebih yang lalu, Confucius sudah memberi contoh nyata seperti ini, bahwa ketika asyik mengkaji ilmu, maka masalah perut bisa terlupakan. Setelah mereka sudah mendapati titik terang dari satu penelitan, baru mereka teringat bahwa perut sudah menjerit kelaparan.Perihal lupa makan ini membuktikan bahwa seorang Confucius adalah tokoh yang sangat serius dalam meneliti ilmu pengetahuan.

Berbicara tentang Lupa Kecemasan atau kerisauan,siapa sih yang tidak ada kecemasan atau kerisauan ? Seorang murid saja punya kecemasan tentang ujian dan nilai pelajaran, apalagi orang dewasa yang memiliki segudang masalah yang menghantui kedamaian hati kita. Namun Confucius bisa menjaga kedamaian dan suka-cita dalam hatinya, karena Beliau tahu bahwa apa yang sedang diupayakan beliau sudah berada dalam track yang tepat,berdedikasi dan berkontribusi bagi umat manusia.

Berbicara tentang usia, siapa yang tidak ingat usia sendiri? Bahkan hari ulangtahun diri sendiri adalah hari yang paling kita ingat. Namun Seorang Confucius berbicara tentang lupa umur bukan berarti beliau sudah pikun, namun mengambarkan pribadi orang yang menghargai waktu, setiap menit dan detik yang ada. Bagi Beliau waktu adalah belajar, waktu adalah dedikasi dan kontribusi, sehingga walaupun sudah berusia lanjut, beliau tidak merasa tua.Setiap hari beliau melewati hari dengan penuh makna, sehingga tidak peduli sudah umur berapa.

Kita tidak bisa memilih lahir di zaman apa, lahir di masyarakat seperti apa, namun yang jelas kita bisa memilih nilai atau pandangan seperti apa, tujuan atau target seperti apa.selanjutnya membangun konsep hidup yang positif, berjuang tanpa mengenal kalah, from zero to hero , dari seorang yang biasa menjadi seorang yang Luar Biasa. Pelajaran "3 Lupa" dari Confucius memberi kita satu pelajaran yang berarti.

Alkisah Sebuah Jam


Alkisah, seorang pembuat jam tangan berkata kepada jam yang
sedang dibuatnya. "Hai jam, apakah kamu sanggup untuk berdetak
paling tidak 31,104,000 kali selama setahun?" "Ha?," kata jam
terperanjat, "Mana sanggup saya?"

"Bagaimana kalau 86,400 kali dalam sehari?" "Delapan puluh enam
ribu empat ratus kali? Dengan jarum yang ramping-ramping
seperti ini?" jawab jam penuh keraguan.

"Bagaimana kalau 3,600 kali dalam satu jam?" "Dalam satu jam
harus berdetak 3,600 kali? Banyak sekali itu" tetap saja jam
ragu-ragu dengan kemampuan dirinya.

Tukang jam itu dengan penuh kesabaran kemudian bicara kepada
si jam. "Kalau begitu, sanggupkah kamu berdetak satu kali
setiap detik?" "Naaaa, kalau begitu, aku sanggup!" kata jam
dengan penuh antusias.

Maka, setelah selesai dibuat, jam itu berdetak satu kali
setiap detik. Tanpa terasa, detik demi detik terus berlalu
dan jam itu sungguh luar biasa karena ternyata selama satu
tahun penuh dia telah berdetak tanpa henti. Dan itu berarti
ia telah berdetak sebanyak 31,104,000 kali.

Renungan :

Ada kalanya kita ragu-ragu dengan segala tugas pekerjaan
yang begitu terasa berat. Namun sebenarnya kalau kita sudah
menjalankannya, kita ternyata mampu. Bahkan yang semula kita
anggap impossible untuk dilakukan sekalipun.
Jangan berkata "tidak" sebelum Anda pernah mencobanya

CERIA DAN MURUNG


Ada dua anak bernama Si Ceria dan Si Murung.
Seperti namanya Ceria mempunyai sifat periang,
selalu gembira dan tersenyum. Sebaliknya Murung
mempunyai perangai yang cemberut, selalu sedih,
dan jarang tersenyum.
Suatu ketika orang tua mereka berpikiran untuk
membuat Si Murung tersenyum gembira dan
membuat Si Ceria menjadi sedih cemberut dan
sedih. Mereka lalu berpikir untuk memberikan
sesuatu yang menjadi kesukaan masing-masing
anak.

Si Murung menginginkan telepon genggam.
Selama ini jika pergi dengan teman- temannya
sering kali ia meminjam telepon genggam milik
temannya. Orang tuanya membelikan sebuah
telepon genggam terbaru supaya dia menjadi
senang dan gembira.

Sewaktu Murung pergi sekolah, telepon genggam
itu dibungkus oleh orang tuanya dengan kertas
kado yang bagus dan diletakkan di kamarnya.
Sepulang sekolah, Murung segera masuk ke
kamar dan melihat ada kado di sana. Cepat-cepat
ia membuka kado itu dan ia terkejut sekali ketika
mendapatkan di dalamnya berisi telepon genggam.
Wajahnya tersenyum, tapi tidak lama. Kemudian
ia murung lagi karena ia takut kalau-kalau teman-
temannya akan meminjam telepon genggamnya
lalu menjadi rusak. Di benaknya selalu muncul
pikiran yang negatif, sehingga kado itu menjadi
beban baginya. Yang keluar dari mulutnya adalah
omelan dan keluhan, bukannya ucapan terima
kasih kepada orang tuanya.

Di pihak lain, si Ceria senang sekali dengan kuda.
Orang tuanya membungkus kotoran kuda dan
diletakkan dalam kamar agar ia menjadi sedih dan
murung. Sewaktu Ceria pulang ia juga terkejut
melihat ada kado di kamarnya. Dengan sergap ia
membuka pula kado itu. Betapa terkejutnya ia,
ternyata yang didapatkan adalah kotoran kuda
berbau busuk.

Mukanya kebingungan sejenak.Tetapi ia segera
berpikir, "Ah masa orang tuaku yang begitu
mencintaiku memberi aku kotoran kuda, pasti ada
sesuatu di balik hadiah ini."

Kemudian ia lari kepada orang tuanya dan
mencium mereka. Orang tuanya sangat bingung
dan terkejut kemudian bertanya, "Lho kamu itu
diberi kotoran kuda kok senang sih?". Lalu Ceria
menjawab, "Papa, Mama, saya tahu kalian sangat
mencintai saya, jadi tidak mungkin memberi
kotoran kuda kepada saya, pasti kotoran kuda itu
adalah sebuah tanda. Kalau ada kotoran kuda,
berarti ada kudanya. Saya tahu bahwa kalian akan
membelikan kuda pony buat saya"

Renungan :
Orang yang hidupnya merasa sangat dicintai akan
selalu berpikir bahwa ia selalu akan menerima
yang terbaik dalam hidupnya, walaupun dalam
penderitaan. Sebaliknya orang yang pesimis
merasa hidup ini menjadi beban penderitaan yang
sangat panjang, sehingga ia selalu gelisah, takut,
dan khawatir.

Kamis, 28 Maret 2013

GALUNGAN DAN KUNINGAN



Kata "Galungan" berasal dari bahasa Jawa Kuna yang artinya menang atau bertarung. Galungan juga sama artinya dengan dungulan, yang juga berarti menang. Karena itu di Jawa, wuku yang kesebelas disebut Wuku Galungan, sedangkan di Bali wuku yang kesebelas itu disebut Wuku Dungulan. Namanya berbeda, tapi artinya sama saja. Seperti halnya di Jawa dalam rincian pancawara ada sebutan Legi sementara di Bali disebut Umanis, yang artinya sama: manis.

Agak sulit untuk memastikan bagaimana asal-usul Hari Raya Galungan ini. Kapan sebenarnya Galungan dirayakan pertamakali di Indonesia, terutama di Jawa dan di daerah lain khususnya di Bali. Drs. I Gusti Agung Gede Putra (mantan Dirjen Bimas Hindu dan Buddha Departemen Agama RI) memperkirakan, Galungan telah lama dirayakan umat Hindu di Indonesia sebelum hari raya itu populer dirayakan di Pulau Bali. Dugaan ini didasarkan pada lontar berbahasa Jawa Kuna yang bernama Kidung Panji Amalat Rasmi. Tetapi, kapan tepatnya Galungan itu dirayakan di luar Bali dan apakah namanya juga sama Galungan, masih belum terjawab dengan pasti. 

Namun di Bali, ada sumber yang memberikan titik terang. Menurut lontar Purana Bali Dwipa, Galungan pertama kali dirayakan pada hari Purnama Kapat, Budha Kliwon Dungulan, tahun Saka 804 atau tahun 882 Masehi. Dalam lontar itu disebutkan: 

Punang aci Galungan ika ngawit, Bu, Ka, Dungulan sasih kacatur, tanggal 15, isaka 804. Bangun indria Buwana ikang Bali rajya.

Artinya: Perayaan (upacara) Hari Raya Galungan itu pertama-tama adalah pada hari Rabu Kliwon, (Wuku) Dungulan sasih kapat tanggal 15, tahun 804 Saka. Keadaan Pulau Bali bagaikan Indra Loka. 

Sejak itu Galungan terus dirayakan oleh umat Hindu di Bali secara meriah. Setelah Galungan ini dirayakan kurang lebih selama tiga abad, tiba-tiba — entah apa dasar pertimbangannya — pada tahun 1103 Saka perayaan hari raya itu dihentikan. Itu terjadi keti-ka Raja Sri Ekajaya memegang tampuk pemerintahan. Galungan juga belum dirayakan ketika tampuk pemerintahan dipegang Raja Sri Dhanadi. Selama Galungan tidak dirayakan, konon musibah datang tak henti-henti. Umur para pejabat kerajaan konon menjadi relatif pendek.

Ketika Sri Dhanadi mangkat dan digantikan Raja Sri Jayakasunu pada tahun 1126 Saka, barulah Galungan dirayakan kembali, setelah sempat terlupakan kurang lebih selama 23 tahun. Keterangan ini bisa dilihat pada lontar Sri Jayakasunu. Dalam lontar tersebut diceritakan bahwa Raja Sri Jayakasunu merasa heran mengapa raja dan pejabat-pejabat raja sebelumnya selalu berumur pendek. Untuk mengetahui penyebabnya, Raja Sri Jayakasunu mengadakan tapa brata dan samadhi di Bali yang terkenal dengan istilah Dewa Sraya — artinya mendekatkan diri pada Dewa. Dewa Sraya itu dilakukan di Pura Dalem Puri, tak jauh dari Pura Besakih. Karena kesungguhannya melakukan tapa brata, Raja Sri Jayakasunu mendapatkan pawisik atau "bisikan religius" dari Dewi Durgha, sakti dari Dewa Siwa. Dalam pawisik itu Dewi Durgha menjelaskan kepada raja bahwa leluhurnya selalu berumur pendek karena tidak lagi merayakan Galungan. Karena itu Dewi Durgha meminta kepada Raja Sri Jayakasunu supaya kembali merayakan Galungan setiap Rabu Kliwon Dungulan sesuai dengan tradisi yang pernah berlaku. Di samping itu disarankan pula supaya seluruh umat Hindu memasang penjor pada hari Penampahan Galungan (sehari sebelum Galungan). Disebutkan pula, inti pokok perayaan hari Penampahan Galungan adalah melaksanakan byakala yaitu upacara yang bertujuan untuk melepaskan kekuatan negatif (Buta Kala) dari diri manusia dan lingkungannya. Semenjak Raja Sri Jayakasunu mendapatkan bisikan religius itu, Galungan dirayakan lagi dengan hikmat dan meriah oleh umat Hindu di Bali.

Makna Filosofis Galungan 

Galungan adalah suatu upacara sakral yang memberikan kekuatan spiritual agar mampu membedakan mana dorongan hidup yang berasal dari adharma dan mana dari budhi atma yaitu berupa suara kebenaran (dharma) dalam diri manusia.

Selain itu juga memberi kemampuan untuk membeda-bedakan kecendrungan keraksasaan (asura sampad) dan kecendrungan kedewaan (dewa sampad). Harus disadari bahwa hidup yang berbahagia atau ananda adalah hidup yang memiliki kemampuan untuk menguasai kecenderungan keraksasaan. 

Senin, 11 Maret 2013

Sejarah Hari Raya Nyepi


Pengertian Nyepi

Hari Raya Nyepi adalah hari raya umat Hindu yang dirayakan setiap tahun Baru Saka. Hari ini jatuh pada hitungan Tilem Kesanga (IX) yang dipercayai merupakan hari penyucian dewa-dewa yang berada di pusat samudera yang membawa intisari amerta air hidup. Untuk itu umat Hindu melakukan pemujaan suci terhadap mereka.Nyepi berasal dari kata sepi (sunyi, senyap). Hari Raya Nyepi sebenarnya merupakan perayaan Tahun Baru Hindu berdasarkan penanggalan / kalender Saka, yang dimulai sejak tahun 78 Masehi. Tidak seperti perayaan tahun baru Masehi, Tahun Baru Saka di Bali dimulai dengan menyepi. Tidak ada aktifitas seperti biasa. Semua kegiatan ditiadakan, termasuk pelayanan umum, seperti Bandar Udara Internasional pun tutup, namun tidak untuk rumah sakit.

Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, untuk menyucikan Buwana Alit (alam manusia / microcosmos) dan Buwana Agung/macrocosmos (alam semesta). Sebelum Hari Raya Nyepi, terdapat beberapa rangkaian upacara yang dilakukan umat Hindu, khususnya di daerah Bali.

Melasti, Tawur (Pecaruan), dan Pengrupukan

Tiga atau dua hari sebelum Nyepi, umat Hindu melakukan Penyucian dengan melakukan upacara Melasti atau disebut juga Melis/Mekiyis. Pada hari tersebut, segala sarana persembahyangan yang ada di Pura
(tempat suci) di arak ke pantai atau danau, karena laut atau danau adalah sumber air suci (tirta amerta) dan bisa menyucikan segala leteh (kotor) di dalam diri manusia dan alam.
Sehari sebelum Nyepi, yaitu pada "tilem sasih kesanga" (bulan mati yang ke-9), umat Hindu melaksanakan upacara Buta Yadnya di segala tingkatan masyarakat,mulai dari masing-masing keluarga,banjar,desa,kecamatan dan seterusnya, dengan mengambil salah satu dari jenis-jenis caru (semacam sesajian) menurut kemampuannya. Buta Yadnya itu masing-masing bernama Pañca Sata (kecil), Pañca Sanak (sedang), dan Tawur Agung (besar). Tawur atau pecaruan sendiri merupakan penyucian/pemarisuda Buta Kala, dan segala leteh (kekotoran) diharapkan sirna semuanya. Caru yang dilaksanakan di rumah masing-masing terdiri dari nasi manca (lima) warna berjumlah 9 tanding/paket beserta lauk pauknya, seperti ayam brumbun (berwarna-warni) disertai tetabuhan arak/tuak. Buta Yadnya ini ditujukan kepada Sang Buta Raja, Buta Kala dan Batara Kala, dengan memohon supaya mereka tidak mengganggu umat.
Mecaru diikuti oleh upacara pengerupukan, yaitu menyebar-nyebar nasi tawur, mengobori-obori rumah dan seluruh pekarangan, menyemburi rumah dan pekarangan dengan mesiu, serta memukul benda-benda apa saja (biasanya kentongan) hingga bersuara ramai/gaduh. Tahapan ini dilakukan untuk mengusir Buta Kala dari lingkungan rumah, pekarangan, dan lingkungan sekitar. Khusus di Bali, pengrupukan biasanya dimeriahkan dengan pawai ogoh-ogoh yang merupakan perwujudan Buta Kala yang diarak keliling lingkungan, dan kemudian dibakar. Tujuannya sama yaitu mengusir Buta Kala dari lingkungan sekitar.

Puncak acara Nyepi

Keesokan harinya, yaitu pada Purnama Kedasa (bulan purnama ke-10), tibalah Hari Raya Nyepi sesungguhnya. Pada hari ini suasana seperti mati. Tidak ada kesibukan aktifitas seperti biasa. Pada hari ini umat Hindu melaksanakan "Catur Brata" Penyepian yang terdiri dari amati geni (tiada berapi-api/tidak menggunakan dan atau menghidupkan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak mendengarkan hiburan). Serta bagi yang mampu juga melaksanakan tapa,brata,yoga dan semadhi.

Demikianlah untuk masa baru, benar-benar dimulai dengan suatu halaman baru yang putih bersih. Untuk memulai hidup dalam tahun baru Caka pun, dasar ini dipergunakan, sehingga semua yang kita lakukan berawal dari tidak ada,suci dan bersih. Tiap orang berilmu (sang wruhing tattwa jñana) melaksanakan brata (pengekangan hawa nafsu), yoga ( menghubungkan jiwa dengan paramatma (Tuhan), tapa (latihan ketahanan menderita), dan samadi (manunggal kepada Tuhan, yang tujuan akhirnya adalah kesucian lahir batin).
Semua itu menjadi keharusan bagi umat Hindu agar memiliki kesiapan batin untuk menghadapi setiap tantangan kehidupan di tahun yang baru. Kebiasaan merayakan hari raya dengan berfoya-foya, berjudi
, mabuk-mabukan adalah sesuatu kebiasaan yang keliru dan mesti diubah.

Ngembak Geni (Ngembak Api)

Rangkaian terakhir dari perayaan Tahun Baru Saka adalah hari Ngembak Geni yang jatuh pada "pinanggal ping kalih" (tanggal 2) sasih kedasa (bulan X). Pada hari ini Tahun Baru Saka tersebut memasuki hari kedua. Umat Hindu melakukan Dharma Shanti dengan keluarga besar dan tetangga, mengucap syukur dan saling maaf memaafkan (ksama) satu sama lain, untuk memulai lembaran tahun baru yang bersih. Inti Dharma Santi adalah filsafat Tat twam asi yang memandang bahwa semua manusia diseluruh penjuru bumi sebagai ciptaan Ida Sanghyang Widhi Wasa hendaknya saling menyayangi satu dengan yang lain, memaafkan segala kesalahan dan kekeliruan. Hidup didalam kerukunan dan damai.